Dec 27, 2010

kuch kuch hota hai 6

title : kuch kuch hota hai 6
author : emiko 'reichan' shigenoi akira !! o(≧∀≦)o
genre : romance, angst, humour, smut !! yummy~
ratings : umm.. dont know!! hha. *author yg bener2 ga guna*
pairing : reita x ruki, reita x uruha

prologue ] [ 1 ] [ 2 ] [ 3 ] [ 4 ] [ 5 ]
 
bel tanda kuliah sudah berakhir berbunyi. semua orang berhamburan keluar, termasuk uruha. dia, yg pendiam, melihat suasana kampus ramai seperti itu pun hanya dapat tersenyum. walaupun kadang dia harus menatap tajam pada orang-orang yg masih saja menyolek-nyolek bagian tubuh dia. but, it's okay. mungkin lama-lama dia akan terbiasa.

saat sedang berjalan sambil melamun di lorong kampus, tiba-tiba seseorang menghentikan langkahnya. "forbidden street!!" kata orang itu.

BRUUKK. buku-buku yg dibawa uruha di tangannya pun terjatuh semua. "ah!!" teriak uruha. dia baru saja tersadar dari lamunannya.

"wooops, maaf sayang! aku kagak bermaksud menjatuhkan semua buku-bukumu ini! hehehe." dan ternyata orang itu adalah reita. dia membantu uruha memungut buku-bukunya yg terjatuh.

"kapan ya ada hari dimana aku bisa bebas dari kamu, wahai reita-sama?"

"hari nya ya? hari dimana kamu bebas dari aku, yaitu saat kamu sudah melahirkan anak kita dan hari itu giliran aku untuk menjaga anak kita itu. mungkin kamu akan bebas dari aku.." jawab reita sambil mencium pipi uruha.

blush. mendengar perkataan reita. pipi uruha pun merah merona. ia tidak pernah menyangka, perkataan cowok gombal seperti reita bisa membuatnya seperti ini. "r-reita.." uruha terbata-bata, "cepat kau pergi dari hadapanku!"

"tidak akan, sampai kau mau menerima gelang persahabatanku ini~" reita menawarkan gelang persahabatannya lagi pada uruha. uruha berdiri dan membuang mukanya dari reita.

"oh, jadi kau ingin aku terus mengejar-ngeja---" gelang reita ditarik uruha sebelum reita sempat menyelesaikan kalimatnya. "wow, that so fast!" kata reita, takjub. "akhirnya kau menerima cintaku!"

"aku hanya menerima gelangmu, bukan cintamu.."

"jangan bilang bukan, tapi cukup bilang belum.." dan reita pergi meninggalkan uruha.

uruha tersenyum nakal pada reita. "dia orang yg menarik juga.." katanya dalam hati. "mungkin aku bisa merubahnya? we'll se.."


-------------------------------------------------------------

"reita! ayo minum dulu. kau sudah latihan dari pagi tadi.." teriak ruki dari pinggir lapangan basket. ruki dan uruha hari ini memutuskan untuk menemani reita latihan basket. biasanya ruki juga ikut latihan bersama reita. namun hari ini ia memilih untuk menonton reita saja di pinggir bersama uruha.

uruha tersenyum melihat perhatian ruki pada reita. dia memutuskan untuk menanyakan hubungan mereka berdua. "ruki.. bolehkah aku menanyakan sesuatu?"

"tentu saja! tapi sebentar, gw harus nyuruh reita untuk istirahat dulu.." ruki mengalihkan perhatiannya pada reita. "reita!! minum dulu! kau ini!!"

"ini tentang reita.." perkataan uruha membuat ruki kembali menatap wajahnya. "apa kau mencintai reita?"

"a-apa yg kau bicarakan?" ruki terdiam. ia tidak tau mesti menjawab apa pada uruha. dia sendiri tidak mengerti bagaimana perasaannya pada reita. dia belum menemukan jawabannya. sedangkan uruha menunggu jawaban dari ruki seraya menatap wajahnya.

dari kejauhan, reita bisa melihat keanehan diantara ruki dan uruha. dia pun memutuskan untuk menghampiri mereka berdua. "WOOOOOO~ REITA-SAMA DATANG!! KISS ME~" reita menyodorkan bibirnya pada ruki, namun ruki tidak menggubrisnya. "bagaimana denganmu kasihku? kiss me?" reita juga menyodorkan pipinya pada uruha. dan uruha tetap diam. "ada apa dengan kalian berdua??" tanya reita, merasa aneh dengan sikap dua makhluk manis dihadapannya itu.

ruki yg pertama sadar akan kehadiran reita, "ah, reita! ahahaha. sedang apa kau disini?"

"tentu saja menunggu ciuman dari kalian!!"

BUKK. reita mendapat tonjokan di kedua matanya. satu tonjokan di mata kirinya, hadiah dari ruki. dan di mata kanannya, dari uruha.

"MATAAAAAAAAAAAAAA GWWWWWWWWWWW!!!" teriak reita sambil berguling-guling di lapangan rumput.

"reita kesini! ini minum dulu!!" teriak ruki lagi.

dengan meraba-raba rumput, reita menghampiri ruki. "kejamnya kau, udah mukul mata gw. kagak ada minta maaf sama sekali, langsung ngasih gw minum. aneh!"

"udah deh, nih minum dulu.."

reita mengambil minumnya dan duduk di lantai, tepat di hadapan uruha. "tumben kau ada di sini? mau mengajak aku kencan?"

ruki malas melihat tingkah laku reita, namun dia teringat sesuatu. "reita! ini hari selasa!"

"ada apa dengan hari selasa? kau ingin jatah kau? nanti malam saja. semalam aku capek abis tidur dengan cewek kutubuku di kelas pojok sana~!!"

"apa??"

"nevermind! ahahaha. aku hanya bercanda!" reita mengambil handuk yg ada di samping uruha dengan sedikit menyenggol perlahan paha uruha. "hari ini aku mesti--"

"menemui sodara lu yg ada di kanagawa kan?"

"ya seperti begitu lah! ahahaha." reita tidak pernah melepaskan tatapannya dari wajah uruha.

"ya ya ya. dan ini sudah siang, cepat kau pergi. mau pulang malem lagi?"

"ruki! lu kayak bini gw aja deh? kagak usah bawel!"

"biarin~!! buruan sana pergi!!" ruki mendorong-dorong reita sampai akhirnya reita menurut untuk pergi ke rumah sodaranya itu. bagaimana dengan uruha? dia merasa ada sesuatu yg aneh dengan ruki. seperti sedang berusaha menjauhkannya dengan reita.

"ah, mungkin hanya perasaanku saja.."


-------------------------------------------------------------

"wah, kuilnya hari ini rame banget.."

"hoy, takashima!" teriak seseorang dari belakang. "kau sudah pulang?"

"ah, ryo-san. iya, aku sudah kembali dari London.. hehehe." jawab uruha dengan sedikit membungkukkan badannya.

"ada perlu apa kesini?"

"tentu saja untuk berdoa.. masa bertemu dengan ryo-san? ahahaha. aku sudah lama tidak kesini.. kata papa, aku harus sering-sering berdoa seperti mama dulu.."

"ya.. mama mu adalah ibu yg sangat manis.."

"terima kasih, ryo-san.." uruha menatap langit sesaat. "ah, sudah mau sore. aku harus berdoa dulu.."

"yasudah silahkan.."

uruha membungkukkan badan. "sampai bertemu lagi, ryo-san.." uruha pun masuk ke dalam kuil di sana.

saat uruha baru saja membungkukkan badannya, akan memulai berdoa. dia menoleh pada orang disampingnya yg berdoa sampai berkomat-kamit seperti seorang paranormal. "aneh sekali.."

"semoga aku bisa membahagiakan orang tua aku dengan nilai semesteran kali ini yg tidak ada merahnya. semoga aku bisa menikah dengan waniita yg sangat baik, canti dan seksi. ya kalo tidak dengan wanita, boleh juga dengan seorang pria. namun dia mesti pria yg cantik juga. semoga aku dikaruniai anak kembar. laki-laki dan perempuan. lalu saya bisa menghidupi keluarga dan hidup bahagia selamanya. amin!!"

"re-reita??" uruha baru saja menyadari bahwa orang yg dia anggap aneh itu adalah reita. sang preman kampus. "so sweet~"

"jangan ngomong kayak gitu!"

"tidak, kau memang so sweet!"

"hey hey hey, di kuil untuk berdoa! cepat cepat kau berdoa!" kata reita dengan wajah serius dan mundur perlahan.

"...amin." saat uruha menengok, "reita? hey! tunggu sebentar!" ternyata reita sudah keluar dan meninggalkan dia. uruha pun mengejar reita. "reita tunggu!"

reita membalikkan badan dan berjalan mundur. "aku buru-buru, ruha! dadah!"

uruha menarik tangan reita dan menghentikan langkahnya. "aku bilang tunggu sebentar! aku mau nanya.."

"aku tidak punya jawabannya! ahahaha. jadi lepaskan tanganku!"

"tidak!" uruha melingkarkan tangan reita di pinggangnya dan tangannya di leher reita. "sekarang kau tidak bisa pergi kemana-mana. jawab aku.."

"i-iya.."

"jadi seorang reita-sama setiap hari selasa selalu pergi ke kuil untuk berdoa?"

"i-iya.."

"dan dia mengaku ke seluruh kampus kalo dia hanya mengunjungi sodara nya yg ada di Kanagawa?"

"ya tid--"

uruha menempelkan hidungnya dengan hidung reita. tidak lupa dengan menatap matanya tajam. "jawab yg jujur.."

"iya.."

uruha melepaskan tangannya dan mendorong tubuh reita. "so sweet~" kemudian uruha meninggalkan reita yg kaget dengan sikap uruha.

"hey tunggu! uruha!!" reita menggenggam tangan uruha. "dengarkan aku.."

"iya, sayang?"

"ah, jangan panggil aku seperti itu.."

"bukannya kamu emang suka memanggilku sayang?"

"uruha, please! dengarkan aku.. huhuhu. aku tuh mempunyai alasan tersendiri berdoa di kuil."

"apa itu?" tanya uruha dengan senyum kemenangan.

"umm.. kata ayahku, kita sebagai laki-laki sejati harus tunduk pada 3 orang! kepada Tuhan.."

"tentu saja.. terus?"

"pada ibu.."

"dan?"

" pada.." reita mendekatkan bibirnya di telinga uruha. "pada.. pada.. pada saatnya kau akan tau!" reita pun pergi, menaikin motor sportnya dan meninggalkan uruha.

"ckckckck. kau memang menarik.. reita.."


-------------------------------------------------------------

malam sudah larut, namun uruha belum juga bisa tertidur. "ah, kenapa selalu reita yg ada di pikiranku? aku harus tidur!" uruha membungkus dirinya di dalam selimut tebalnya itu, memaksakan dirinya untuk tertidur.

"uruha-chuu~" suara seseorang dari jendela kamarnya.

"aku hanya bermimpi!" batin uruha.

"uruha-san~" lagi-lagi terdengar suara dari luar.

"ah, mengganggu saja! pergilah kau setan!!" teriak uruha.

"ya ya ya. kalo aku adalah setan, aku akan menjadi setan tertampan dijagat raya ini~!" dengan jawaban itu, uruha sudah tau siapa pemilik suara aneh itu.

"reita?"

"jadi, kau mengakui kalau aku tampan? fufufufu."

"ternyata benar kau!" uruha berjalan ke arah jendelanya dan benar saja, di sana ada reita sedang menaiki tangga menuju jendela kamarnya yg ada di lantai 2. uruha membuka jendelanya dan mempersilahkan reita untuk masuk. "cepat masuk.. di luar dingin."

"tenang saja, aku akan menghangatkanmu.." reita loncat masuk ke dalam kamar uruha. "wow, kau sangat seksi dengan boxer dan tank top mu itu.."

"sudahlah.. kau mengganggu tidurku. aku sedang berusaha tidur.." jawab uruha malas. dia duduk menyandar di tempat tidurnya. tanpa pikir panjang, reita segera menidurkan kepalanya di paha uruha dan memejamkan matanya. "sangat nyaman.."

"fuuh. kakiku pegal!" gumam uruha sambil menjambak perlahan rambut reita. "ah reita.. kau belum menyelesaikan ceritamu siang tadi.."

"siang kapan? aku tadi siang habis main dengan ruki di mall! dia ben--"

"yg di kuil tadi.."

"kuil itu apa?"

"REITA!!" teriak uruha sambil cemberut.

"uruha~" jawab reita dengan sedikit mendesah.

"REITA!! JAWAB!!"

"URUHA!!" teriak seseorang dari luar kamar.

"eh? reita?"

"ya my dear uruha?"

"yg tadi teriak?"

"papa-mu sayang!" reita membelai pipi uruha perlahan.

uruha mendorong kepala reita, panik, dan berusaha menyembunyikan reita. "papa?? PAPA?? reita cepat keluar!! pergi dari sini. bagaimana kalau papa tau kalo kamu ada disini? ah lebih baik kamu masuk ke bawah tempat tidur, papa tidak akan memeriksa kebawah situ! reita ayo cepat!! reit--"

omongan uruha terhenti. terhenti oleh bibir reita yg kini sudah menempel dengan bibirnya. mata uruha terbelalak menyadari kejadian itu. namun melihat wajah reita sedekat itu, lama kelamaan, dia mulai rileks. mata reita sudah terpejam, uruha pun memejamkan matanya. dia melingkarkan tangannya di leher reita. uruha membalas ciuman reita. dan memperdalam ciumannya dengan sedikit mendorong leher reita. reita memegang pinggang uruha dan perlahan menjatuhkan badan mereka berdua ke tempat tidur uruha.

saat merasa sudah cukup, reita melepaskan ciuman mereka. "hari ini, cukup sampai di sini saja.. aku tidak akan kuat berlari, jika nanti adikku sudah mulai terbangun di dalam celanaku ini! ahahaha." reita membelai bibir uruha yg sudah terlihat memerah bekas ciuman tadi dan bangun dari tubuh uruha. "bye sayang~" reita pamit dan lari keluar kamar uruha.

"reita.." uruha masih belum sadar dengan kepergian reita. dia memejamkan matanya dan mencium guling yg ada di sampingnya.

reita berlari diam-diam keluar rumah. namun saat di teras, dia melihat sakamoto-sensei sedang menaiki tangga yg ia bawa tadi sambil berkomat-kamit. "uruha-ku, anakku, aku akan menyelamatkanmu dari wanita bajingan yg rela memperkosamu itu nak! atau dia adalah laki-laki? kau terlalu cantik, anakku! namun kecantikanmu memang turun dari papamu ini sih.." saga terus menerus menaikin tangga.

reita hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan rektor kampusnya itu. namun, dia melihat sesuatu di bawah tangga. "senter?" reita mendekati tangga sangat perlahan.

"whoaaaaa~ aku lupa membawa senter untuk membunuh makhluk bajingan yg ingin memperkosa anakku itu!" teriak saga sambil turun kembali tanpa melihat ke bawahnya.

reita menyolek pantat saga. "sakamoto-sensei, ini sentermu!" reita memberikan senternya pada saga, dan segera kabur.

"terima kasih.. eh? terima kasih?? sapa kau??" saga menengok ke belakangnya, bawahnya, kanan dan kiri. namun disana tidak ada siapa pun. "ha-hantuuuuuuuuu~!!!" saga menaikin tangga lagi dan menutupi kepalanya dengan sweeter yg ia pakai. "wahai hantu, jangan ganggu aku. jangan ganggu niat baik aku."

tepat saat itu pula, amano-sensei lewat di depan rumah mereka. "sedang apa kau sakamoto-sensei?" namun tak ada jawaban dari saga. tora mendekati saga, dan memeggangi tangga yg dinaiki saga. "sakamoto-sensei, kau sedang apa?" tetap tidak ada jawaban. tora sudah tidak sabar lagi, dia menusuk pantat saga dengan ranting yg ada di dekat kakinya.

"AAAAAAAAAAAARRRRRRRRRRRGGGGGGGGGGHHHHHHHHH~"

saga kaget, terjatuh dari tangga dan jatuh di atas badan tora. "untung ada kau.."

"kau memang PERVERT, sakamoto-sensei!!"



~tbc~
Share: